" Milikilah hati yang penuh dengan belas kasihan akan Jiwa-jiwa yang belum mengenal KASIH Tuhan Yesus Kristus "

Dia bukan sekedar Emergency Button aja, yang diperlukan ketika butuh bantuan, ketika sedang merasa sedih, dikecewakan, kesepian, atau ketika sedang dihadapkan dengan masa-masa kesulitan.

Aku seringkali mendengar dari khotbah bahwa banyak orang mengira bahwa Tuhan hanya sekedar tombol emergency aja yang bisa ditekan saat diperlukan, atau pada waktu tertentu saja. Kupikir aku juga tidak memperlakukan Tuhan seperti itu. Memang aku sudah mengerti bahwa Tuhan dapat ditemui disetiap waktu, waktu suka maupun duka. Yang kupikirkan bahwa aku mengerti dan sudah melakukan semuanya dgn benar. Baru kusadar bahwa ternyata aku turut melakukan perbuatan yang tadinya kupikir aku tidak mungkin memperlakukan Dia seperti itu. Keadaan yang sulit atau situasi diluar harapan memang membuatku dapat mendekatkan diri lagi kepadaNya. Namun, kusadari bahwa ketika aku puas aku slalu pergi meninggalkan Dia. Aku sering meninggalkanNya setelah aku dihiburNya, meninggalkanNya ketika aku sudah merasa puas dengan keadaan dan tidak sedih lagi.

Aku mengenal bahwa Dia adalah Penghibur yang setia. Dia menepati janjiNya selalu, satu demi satu. Dia satu-satunya Sobat yang paling setia. Kudapat selalu temukan kekuatan yang baru didalam Dia. Harapan dan juga pemulihan yang membuat diriku terasa komplit.
Namun ketika telah kutemukan kedamaian sudah memenuhi hatiku, aku merasa cukup kuat untuk kembali berjalan sendiri. Ini adalah sebuah pelajaran yang berharga sebuah pengalaman dari diriku, menyadari bahwa waktu-waktu yang berlalu telah membuat diri ku sering memperlakukan Dia sebagai tombol emergency yang cuma kubutuhkan sesaat saja.

“Dia lebih dari sekedar kebutuhan sesaat saja.”

Many songs are created, so beautiful in our ears both melody and lyric, and makes our hearts wants to follow the rhythm and to sing joyfully all those beautiful songs. But, do we ever really mean it? Are the songs that we always sing comes from the heart?

Jika anda merasa diberkati, sebarkanlah pada teman-teman anda..

Percaya bahwa Tuhan sanggup merubah kehidupanmu!!!

GBU

Read More......
Selasa, 28 April 2009 Posted in | | 0 Comments »

pengarang : Loren Sartika


Saya sedang menyukai satu acara di O Channel yang ditayangkan tiap hari Kamis malam jam 9. Acaranya dibawakan oleh seorang consultant business dan seorang pembawa acara yang sangat manis. Seperti biasanya saya selalu mendapatkan pengetahuan yang baru selesai menyaksikan acara tersebut. Dan malam kemarin sungguh sangat mengena bagi diri saya secara pribadi.

Tema acaranya adalah “deciding to be happy” dan saat itu yang menjadi bintang tamunya adalah seorang penulis di salah satu kolom surat kabar nasional. Beliau membagikan pengalaman pribadi ketika memilih untuk melakukan suatu pekerjaan yang benar-benar disukainya. Selama ini terlalu nyaman di comfort zone katanya. Kita sendirilah yang memutuskan untuk berbahagia bukan orang lain lanjutnya. Banyak sekali pembahasan yang menarik malam itu. Saya pun berusaha untuk mengingat dan mencatat sebanyak yang saya bisa.

Lalu tibalah pada sebuah kalimat yang sangat membangunkan saya hehehe… Pak Mario yang punya acara ini mengatakan “hadiahkan diri anda” pada keluarga, sahabat, rekan kerja dan orang-orang yang dekat dengan anda. Bungkus diri anda dengan indah dan bagus seperti sebuah hadiah untuk orang yang anda sayangi. Beliau memberi contoh yang sangat simple dan dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang dipakai beliau adalah : meng-sahabatkan diri ( kita ) kepada sahabat kita. Sama seperti kado yang terbungkus indah dan dihadiahkan kepada seseorang sampai si penerimanya merasa sangat senang dan bersyukur mendapatkan kado tersebut, jadilah seorang sahabat yang terbaik bagi sahabat anda.

Jujur saja, setelah selasai menonton acara ini saya jadi ingin mempraktikkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Betapa seringnya kita lupa menghadiahkan diri sendiri dengan kebahagiaan. Kita tidak menyadari betapa segala sesuatu itu sungguh seharusnya dimulai dari diri sendiri. Tidak heran jika banyak orang yang berusaha untuk mencari kebahagian dengan cara yang malah merusak diri sendiri. Kebahagiaan tidak didapat dari luar tetapi di mulai dari diri sendiri.

Saya jadi teringat dengan satu pribadi yang telah menjadi hadiah terbaik yang diberikan Bapa kepada setiap kita yang mau percaya kepadaNya. Yes, HIS name is Jesus Christ. He is the very best gift that God has given to us. Bapa menghadiahkan diriNya sendiri dalam rupa seorang manusia yang nyata dalam diri pribadi anakNya, Yesus. Sebagai anak-anakNya bukankah sudah seharusnya kita menyerupai Dia ? Mari kita bertumbuh di dalam pengenalan akan Dia sehingga kita tahu apa yang Dia inginkan untuk kita lakukan dan bagaimana memperoleh kekuatan dan kesanggupan untuk melakukan perintahNya dengan setia.

Mari kita lakukan apa yang telah diteladani oleh Tuhan Yesus. Hadiahkan diri anda kepada orang-orang yang terdekat di hati anda. Kesetiaan dalam melakukannya niscaya membawa kebahagiaan di sepanjang kehidupan ini.

Bagikanlah kepada teman-teman anda jika anda merasa diberkati..
God Loves You...



Read More......
Senin, 27 April 2009 Posted in | | 0 Comments »

Ada sebuah cerita tentang seorang pendeta yang pada masa mudanya telah melakukan dosa yang menurutnya sangat hina. Dia telah memohon ampun pada Allah, namun sepanjang hidupnya dia belum merasa tenang. Ia terus membawa beban dosa ini. Ia tidak benar-benar yakin bahwa Allah telah mengampuni dosanya.

Suatu ketika ia mendengar bahwa salah satu jemaatnya, seorang wanita tua, mempunyai karunia penglihatan dan dapat berbicara dengan Tuhan. Ia mengunjungi wanita ini dan bercakap-cakap dengannya. Di akhir kunjungannya, sang pendeta bertanya,

"Apakah Anda sering mendapat penglihatan?"

"Ya, Pak pendeta," jawab wanita tua ini.

"Apakah Anda juga dapat berbicara dengan Tuhan?"

"Ya," jawabnya lagi.

"Begini, Bu.. pada saat nanti Anda sedang berbicara dengan Tuhan, maukah Anda menolong saya menanyakan sesuatu kepada Tuhan?"

Wanita ini terkejut karena sebelumnya tidak ada yang meminta hal ini kepadanya. "Ya, dengan senang hati dan apakah yang ingin Anda tanyakan pada-Nya?"

"Tolong tanyakan dosa apakah yang telah saya lakukan pada waktu saya masih muda."

Wanita ini menyetujui. Selang beberapa waktu kemudian, sang pendeta mengunjungi wanita ini lagi. Setelah meminum tehnya, ia bertanya dengan hati-hati dan sedikit takut, "Apakah Anda sudah mendapat penglihatan akhir-akhir ini?"

"Ya, Pak pendeta."

"Apakah Anda juga sudah bercakap-cakap dengan Tuhan?"

"Ya..."

"Lalu, sudahkah Anda menanyakan dosa apa yang sudah saya perbuat di masa muda saya?"

"Saya sudah menanyakannnya."

Pendeta ini terdiam beberapa saat lalu bertanya lagi, "Tuhan menjawab apa?"

Sambil memandang sang pendeta, wanita ini menjawab dengan lembut, "Tuhan berkata bahwa Ia tidak mengingatnya lagi."

Saudara, Allah tidak hanya mengampuni setiap dosa dan pelanggaran kita. Tapi Dia juga memilih untuk melupakannya. Semua dosa kita sudah dibuang ke tubir laut yang paling dalam. Jangan lagi kita mau dilumpuhkan oleh dosa masa lalu kita.

Ini adalah kenyataan yang terindah yaitu bahwa Allah telah benar-benar mengampuni kita. Kitapun harus mau dan sanggup untuk mengampuni sesama. Dan bukan hanya mengampuni tetapi juga kita harus mampu melupakan seperti yang sudah Allah lakukan untuk kita.

{sumber : Kisah Kasih Allah}

Jika anda merasa diberkati dengan artikel ini, bagikanlah kepada teman-teman anda..
God Bless You..

Read More......
Posted in | | 0 Comments »

Seorang laki-laki di Kerala, sebuah daerah di India selatan, meninggal gara-gara berpuasa selama 50 hari tanpa makan dan minum. Sebenarnya pada hari ke-41, banyak orang mencoba mendobrak kamarnya, tetapi pihak keluarga tidak memperbolehkan. Jika kita melakukan puasa tanpa tujuan ilahi, apa yang kita lakukan itu sebenarnya tidak berguna sama sekali. Puasa bukan ajang untuk menguji ketahanan tubuh. Juga bukan ajang pembanggaan diri; sehingga kita seolah-olah lebih rohani daripada yang lain. Semakin banyak berpuasa, semakin kelihatan rohani: ini prinsip yang sangat keliru.

Bukankah kita kerap melakukan puasa, tetapi dengan tujuan yang salah? Beberapa di antara kita melakukan puasa dengan tujuan diet. Yang lain melakukannya karena menganggap puasa sebagai suatu tantangan yang seru. Dan, beberapa orang melakukannya hanya untuk kemegahan dan kosombongan diri. Puasa seperti ini tidak akan pernah berkenan di hati Tuhan.

Jika kita berpuasa, kita mesti mendasarinya dengan tujuan ilahi. Kita berpuasa untuk melatih dan menguasai kedagingan serta hawa nafsu. Kita berpuasa supaya bisa lebih peka dan lebih fokus dengan rencana Tuhan. Kita berpuasa agar dapat berdoa dengan lebih konsentrasi karena kedagingan kita terkikis. Puasa adalah hal yang baik, jika dilakukan dengan motivasi yang baik. Sebaliknya, puasa bisa menjebak kita untuk terlibat dalam kemunafikan. Apakah kita adalah orang kristiani yang kerap melakukan puasa dan rutin melakukannya? Luruskan motivasi kita, maka puasa kita akan menjadi sangat efektif.

TANPA TUJUAN ILAHI PUASA YANG KITA LAKUKAN AKAN SIA-SIA

Tuhan Yesus Kristus Memberkati..

Read More......
Rabu, 22 April 2009 Posted in | | 0 Comments »

Bacaan: Filipi 4:2-9
"Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil..."
Filipi 4:8

Apa yang kita masukkan, itu juga yang akan kita keluarkan. Output selalu bersumber dari input. Dengan kata lain, input inilah yang akan menentukan outputnya. Anda memiliki pesawat televisi berikut VCD player? Jika ingin menonton film, secara singkat boleh dijelaskan bahwa pesawat televisi menerima input dari VCD player tersebut. Akhirnya film apa yang diputar pada VCD akan diproyeksikan ke televisi Anda. Putarlah film rohani, maka televisi kita juga akan menampilkan film rohani, sebaliknya putarlah film porno, maka televisi yang sama juga akan menampilkan tayangan porno. Input akan menentukan output!

Gambaran yang cukup mudah untuk dimengerti, bukan? Lalu kalau kita berbicara tentang kehidupan rohani kita, input apa yang selama ini mengisi pikiran, jiwa dan hati kita? Sesungguhnya, input inilah yang akan mempengaruhi kehidupan kita, bahkan membentuk kepribadian kita! Kita pada hari ini adalah produk dari segala input di waktu yang lalu.

Kalau di waktu yang lalu, kita selalu mengisi pikiran kita dengan fantasi cabul dari majalah picisan yang kita baca atau film porno yang kita lihat, maka tidaklah mengherankan kalau kita juga sering melakukan percabulan. Kalau kita selalu mengisi jiwa kita dengan kebencian , amarah, iri hati, kekecewaan, tak perlu kaget kalau suatu saat semua konflik hati itu akan muncul ke permukaan dan menghancurkan diri kita sendiri. Kalau kita selalu mengisi hati kita dengan hal-hal yang keliru, maka lahir juga perbuatan yang keliru.

Itu sebabnya Paulus bernasihat, “ Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu!” Input akan menghasilkan output yang sama. Lakukan apa yang dinasihatkan oleh Paulus tersebut. Hidup kita akan menjadi benar. Karakter kita menjadi mulia. Keputusan kita menjadi adil. Pikiran kita menjadi suci. Perkataan kita menjadi manis dan sedap didengar. Kepribadian kita menjadi sesuatu yang baik dan menjadi berkat bagi banyak orang. Semuanya akan berjalan secara otomatis. Output seperti apa yang kita inginkan dari kehidupan kita, seperti itulah seharusnya input yang mengisi pikiran, jiwa dan hati kita. Sederhana bukan?..

Hanya input yang positif sajalah yang kita ijinkan mengisi hidup kita.

Tuhan Yesus Memberkati..GBU

Read More......
Posted in | | 0 Comments »

Bacaan: II tesalonika 3:1-15

jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
II Tesalonika 3:10

Kita tak bisa menyangkal bahwa perekonomian negara kita sedang sakit. Stagflasi menjadi ancaman tersendiri. Di tengah inflasi yang naik pesat pertumbuhan ekonomi justru menurun, lowongan pekerjaan makin sempit, sementara jumlah orang yang di PHK atau yang sekarang menganggur lebih banyak. Keadaan yang sungguh memprihatinkan. Namun sayangnya, tidak semua pengangguran itu disebabkan karena situasi ekonomi yang sulit, ada banyak orang menganggur karena memang pada dasarnya ia malas. Lalu untuk menutupi kemalasannya itu, ia berdalih bahwa situasi yang sulit seperti inilah yang menyebabkan ia jadi pengangguran.

Firman Allah dengan tegas berkata bahwa siapa yang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Tuhan benci kemalasan. Mengapa? Karena Ia adalah Allah yang juga bekerja. Jangan pernah bayangkan kalau Tuhan hanya duduk-duduk saja di singgasana surga dan bermalas-malasan di sofaNya. Saya lebih suka membayangkan Tuhan sedang sibuk bekerja. Mengatur tata surya, menumbuhkan pepohonan, menjaga kelangsungan alam, menjawab setiap dering doa yang terdengar di surga dan melakukan banyak pekerjaan lainnya.

Saya tertarik dengan cara pemerintahan Belanda kuno memberantas kemalasan. Orang yang tidak mau bekerja tersebut akan dimasukkan ke dalam suatu sumur kering, lalu sedikit demi sedikit mulai dialirkan air untuk menggenangi sumur itu. Kalau hal ini dibiarkan terus, maka si pemalas itu pasti akan mati tenggelam. Itu sebabnya di sumur itu juga disediakan sebuah pompa untuk memompa air yang masuk ke dalam sumur tersebut agar air yang sudah masuk itu keluar lagi. Jadi kalau si terhukum yang malas itu ingin selamat, tidak ada pilihan lain kecuali bekerja keras memompa air yang masuk ke dalam sumur itu supaya keluar lagi. Dengan hukuman seperti ini, biasanya si terhukum akan membiasakan diri untuk bekerja keras.

Kalau saja kita mau berusaha lebih keras, tidak akan pernah ada kamusnya kita menganggur. Tuhan sebenarnya selalu menunjukkan banyak hal yang bisa kita garap, hanya sayang kita terlalu malas untuk melakukannya. Jika kita malas, bagaimana mungkin Tuhan memberkati kita? Jika Ia memberkati kemalasan kita, bisa-bisa kita akan jadi orang yang lebih malas lagi, bukan? Kita bukan ditentukan menjadi pemalas, kita adalah orang yang bekerja, karena Bapa kita juga bekerja.

Read More......
Senin, 06 April 2009 Posted in | | 0 Comments »

Bacaan: Yohanes 15:1-8
"Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya."
Yohanes 15:1

Jesus is my Boss. Judul yang asyik sekaligus menarik. Mengingatkan kepada kita, bahwa di dalam Alkitab, Tuhan beberapa kali digambarkan sebagai seorang pengusaha atau pemilik, dengan kata lain, Tuhan juga adalah sosok Bos yang sempurna. Dari hal ini kita bisa belajar meneladani bagaimana cara kita bertindak dalam dunia kerja seperti yang Bos kita di surga melakukannya.

Bos kita rajin bekerja. Bos kita tidak hanya duduk santai di singgasanaNya saja, sebaliknya sampai detik ini Ia terus bekerja. Mengatur jagat raya, menjaga kelangsungan alam dan selalu menyatakan pemeliharaan serta pertolonganNya bagi kita. Jika Bos kita di surga bekerja, sudah seharusnya kita juga bekerja. Bekerja, tanpa harus kecanduan kerja. Tahu waktu untuk istirahat, karena Bos kita juga beristirahat setelah enam hari menciptakan alam ini. Itu juga berarti bahwa Bos kita pakarnya me-manage waktu, kitapun harusnya bisa mengatur dan memprioritaskan waktu dengan baik.

Bos kita memiliki sikap positif yang sempurna. Ia tidak pernah menyerah. Lihat saja perumpamaan tentang seorang gembala yang kehilangan satu dombanya atau seperti seorang perempuan yang kehilangan satu keping uang yang dimilikinya. Tak akan menyerah sebelum yang hilang ditemukan! Bukankah dalam bekerja sudah seharusnya kita ulet, optimis, tak kenal menyerah, dan memiliki semangat kuat?

Bos kita sangat bijak dan sangat adil dalam setiap keputusanNya. Bos kita tidak pernah bekerja sendiri, Ia selalu bermitra dengan kita menjadi satu tim. Bos kita tidak pernah sewenang-wenang, bahkan pekerja yang masuk jam 5 sore pun diberi upah sehari kerja. Bos kita tidak menggelapkan pajak, Yesus sudah memberi contoh yang jelas soal itu. Bos kita tidak pernah berbuat curang. Ia jujur, bahkan untuk dosa sekecil apapun, Ia tidak pernah kompromi.

Kita ingin sukses? Mari teladani Bos kita. Jadilah pebisnis atau pemimpin yang bijak dan adil. Bangunlah sebuah tim yang kuat untuk mencapai kesuksesan bersama. Bekerjalah dengan jujur, tidak curang dan mengedepankan integritas!

Teladanilah Bos kita di surga dalam dunia kerja.

GBU...

Read More......
Sabtu, 04 April 2009 Posted in | | 0 Comments »

vina merasa minder. Selama tiga tahun merantau ke Jakarta, ia hanya bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah kantor. Padahal ia punya ijazah diploma. Untuk menjaga gengsi, vina mencoba menutupi hal itu. Tiap kali pulang ke kampung halamannya, kepada semua teman ia mengaku bekerja di kantor sebuah peru¬sahaan swasta terkemuka. Semua mengira vina bekerja sebagai staf di kantor itu, bukan sebagai petugas kebersihan!

Rasa minder itu sebenarnya tidak perlu jika orang sadar bahwa setiap pekerjaan adalah mulia. Daud pernah diberi Tuhan pekerjaan paling bergengsi. Lewat Nabi Samuel, ia diurapi menjadi raja Israel (1 Samuel 16:1-13). Namun, sesudah diurapi, Raja Saul tak kunjung menyerahkan kekuasaannya. Daud malah dijadikan pelayan, penghibur, dan pembawa senjata Saul bertahun-tahun lamanya (ayat 21). Ia harus ber¬main musik untuk menghibur Saul di atas takhta yang mestinya su¬dah menjadi miliknya. Namun, Daud tidak mengeluh. Calon raja ini tidak gengsi atau minder dijadikan pelayan. Ia mensyukuri pekerjaan itu, menikmatinya, dan bekerja dengan penuh dedikasi. Hasilnya: musik yang ia mainkan selalu membuat Saul dapat merasa lega dan nyaman (ayat 23).

Setiap pekerjaan—bergengsi atau tidak, akan membuahkan hasil prima jika ditekuni dengan sungguh. Melaluinya Tuhan dimuliakan, orang lain ditolong, dan diri kita sendiri dibentuk menjadi manusia yang produktif. Mulai saat ini, cintailah pekerjaan Anda. Jangan minder atau malu atasnya. Bersyukurlah pada Tuhan jika Anda masih boleh bekerja.

TIDAK ADA PEKERJAAN YANG HINA JIKA DIKERJAKAN DENGAN HATI YANG MULIA

-GBU-

Read More......
Posted in | | 0 Comments »

Bacaan: Amsal 10:28, 11:23

Harapan orang benar akan menjadi sukacita, tetapi harapan orang fasik menjadi sia-sia.
Amsal 10:28


Hal yang paling ideal dalam dunia kerja adalah ketika kita mengerjakan segala sesuatu yang sesuai dengan bidang yang kita geluti atau pelajari di bangku akademis. Misalnya kita adalah orang yang suka seni arsitektur, kita memiliki minat yang tinggi di bidang tersebut, kita menyelesaikan pendidikan di bidang arsitektur dan akhirnya bekerja di bidang arsitektur. Idealnya adalah seperti itu. Namun kita harus tahu bahwa pada prakteknya tidak selalu terjadi seperti itu. Karena himpitan keadaan maupun persaingan yang makin ketat, “mau tidak mau” kita harus menerima pekerjaan yang sama sekali tidak sesuai dengan bidang kita sebelumnya.

Kalau memang Anda berada dalam situasi tersebut, hal yang paling bijak adalah mengusahakan bagaimana Anda berkembang di mana Anda ditanam. Masalahnya bukanlah dimana Anda berada, tapi bagaimana Anda melakukannya. Masalahnya bukanlah jenis pekerjaan apa yang kita dapatkan, tapi bagaimana kita bisa maksimal dengan pekerjaan tersebut. Banyak orang putus asa ketika harus mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang yang digelutinya, namun cara pikir ini paling tidak bisa menjembatani.

Di sepanjang hidup kita, kita menjumpai tanah yang beraneka macam dan komposisi. Kadangkala tanah tersebut subur dan sehat, ini berbicara tentang bagaimana kita mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Namun ada kalanya, kita harus berhadapan dengan tanah yang kering, keras, dan berbatu-batu. Ini berbicara tentang bagaimana kita bekerja di tempat yang sama sekali beda dengan bidang kita. Mari jadikan hal ini sebagai tantangan bagi kita. Bagaimana kita mengubah tanah yang kering dan keras tersebut menjadi subur dan sehat! Tuhan memberikan kepada kita kemampuan untuk survive, itu sebabnya hiduplah di tempat di mana kita ditanam. Tidak hanya sekedar hidup, tapi kita benar-benar bisa bertumbuh dan berkembang. Perspektif seperti ini membuat kita tidak mudah menyerah dan putus asa, bahkan kita akan semakin bergairah dan tertantang untuk memaksimalkan potensi diri di dunia kita yang baru.

Berkembanglah di mana Anda ditanam.

GBU..

Read More......
Posted in | | 0 Comments »

Kita tahu bahwa Iblis itu jahat; si pendusta; si pencuri. Itu semua memang sifat dan julukannya. Namun, bagaimana jika dikatakan bahwa Iblis itu sabar? Mana ada Iblis sabar? Namun, menurut injil Lukas memang demikian. Iblis itu sabar—sabar menunggu. Menunggu kesempatan yang baik.

Sejak kegagalannya mencobai Yesus, Iblis memang mundur dari gelanggang sambil disebutkan “menunggu saat yang baik” (Lukas 4:13). Kapankah kesempatan itu tiba? Rupanya saat itu baru tiba menjelang kisah kesengsaraan Yesus. Ia menemukan peluang yang tepat untuk bertindak lagi, yaitu dengan “memakai” salah seorang dari ke-12 murid yang bernama Yudas Iskariot (22:3). Di dalam diri Yudas, Iblis “mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus” (22:6). Itu memang merupakan strategi Iblis sejak dahulu: menunggu dengan sabar dan mencari kesempatan untuk memakai siapa yang lengah bagi pemenuhan rencana jahatnya.

Rasul Paulus mengingatkan kita, “... janganlah beri kesempatan kepada Iblis” (Efesus 4:27). Sesungguhnya banyak dosa tidak dilakukan tiba-tiba—serba mendadak, seperti kata orang “setan lewat”. Tidak! Dosa terjadi karena kita lengah dan sengaja memberi kesempatan kepada Iblis untuk mengendalikan nafsu dan perbuatan kita. Oleh sebab itu, tidak ada cara lain untuk melawan siasat si jahat ini, kecuali senantiasa bermawas diri. Selalu sadar, berdoa, dan berjaga-jaga (Matius 26:40,41; 1 Petrus 5:8). Selain untuk mengenang penderitaan Tuhan Yesus, masa menjelang Paskah adalah masa untuk meningkatkan mawas diri kita selaku anak-anak Tuhan.

IBLIS ITU PENCURI KESEMPATAN YANG LIHAI MAKA BERSIAGALAH DI DALAM TUHAN PADA SEGALA KESEMPATAN (Lukas 22:3-6)
--------------------

Read More......
Kamis, 02 April 2009 Posted in | | 0 Comments »

MG Radio

www.MGradio.org
Powered by www.mgradio.org

 

SEKOLAH ALKITAB GRATIS !!!

SEKOLAH ALKITAB GRATIS !!!